Potret Bangunan Mewah di Surabaya dengan Arsitektur Asli Indonesia, Ada Pabrik Cokelat hingga Rumah Pribadi
Bangunan-bangunan ini bertolak belakang dengan konsep arsitektur modern saat ini.
Bangunan-bangunan ini bertolak belakang dengan konsep arsitektur modern saat ini.
Arsitektur jengki merupakan gaya arsitektur asli Indonesia. Gaya arsitektur ini muncul karena keinginan kuat para arsitek Indonesia lepas dari bayang-bayang gaya arsitektur kolonial.
Gaya arsitektur jengki tersebar di Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an.
Menurut Josef Prijotomo, profesor Perkembangan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, sebagian besar pencetus lahirnya gaya jengki adalah lulusan STM yang pernah menjadi aannemer (ahli bangunan) di perusahaan Belanda.
Mereka dipekerjakan saat arsitek Belanda harus pulang kampung ke negerinya.
Sayangnya masa kejayaan gaya arsitektur jengki hanya bertahan sekitar satu deakde.
Gaya jengki tenggelam dan hanyut terbawa oleh arus ilmu rancang bangun yang diajarkan kepada arsitek-arsitek baru lulusan perguruan tinggi dalam negeri.
Tak heran jika hanya sedikit bangunan jengki yang sempat didirikan, apalagi yang masih bertahan hingga kini.
Beberapa bangunan bergaya jengki masih bisa dijumpai di Kota Surabaya, Jawa Timur. Mulai dari rumah pribadi hingga pabrik cokelat.
Pada tahun 1952, Salim Martak, warga Surabaya membeli mess TNI AD bergaya kolonial di Jalan Untung Suropati Kota Surabaya. Pada tahun 1963, ia merenovasinya dengan jasa seorang pemborong bernama Timboel.
Bekas mess TNI AD itu diperluas bagian depannya serta ditambahkan lantai dua dengan gaya khas jengki. Fasad yang berubah total membuat bangunan ini lebih cantik.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, bangunan ini merupakan pabrik roti bernama De Ruiter Bread. Pada tahun 1950-1950-an, bangunan awalnya bergaya kolonial.
Mengutip wordpress Kami Arsitek Jengki, setelah kolonial Belanda hengkang, bangunan pabrik roti dinasionalisasi dan dikelola oleh PT. Multi Aneka Pangan Nusantara (PT. Mapan).
Agar berbeda dari sebelumnya, bangunan ini kemudian diubah menjadi gaya arsitektural jengki.
Tak jauh dari pabrik cokelat, ada Taman Makam Pahlawan yang juga mengadopsi gaya arsitektur jengki. Beton dilipat berulang. Setiap lipatan membentuk kurva yang diulang hingga berhenti di bagian tengah kurva.
Kolom penyangganya juga dibuat tidak simetri. Karakteristik ini menjadi salah satu ciri khas bangunan jengki yang ada pada beberapa bangunan lainnya seperti Wisma Djendral Ahmad Yani di Kabupaten Gresik.
Rumah Mbak Lala ini berada dalam satu kompleks dengan rumah Sensen yang sangat menarik.
Baca SelengkapnyaPara arsitek Indonesia bertekad melepaskan diri dari pengaruh arsitektural kolonial
Baca SelengkapnyaMelongok ke depan rumahnya, Atta Halilintar langsung terkesima dengan desain yang begitu keren dan sesuai dengan gaya anak muda.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Banyuwangi mendapatkan penghargaan adipura
Baca SelengkapnyaKamar utama dan ruangan khusus penyimpanan sepatu di rumah bari Lesti dan Billar benar-benar buat melongo.
Baca SelengkapnyaRumah megah miliknya ini memiliki desain futuristik yang memukau mata.
Baca SelengkapnyaMewah habis, ini potret rumah baru Indah Permatasari dan Arie Keriting
Baca SelengkapnyaSyukuran Rumah Baru Ayu Ting Ting: Konsep Minimalis dan Suasana Hangat
Baca Selengkapnya