Mengintip Dapur Produksi Bawang Goreng di Kampung Jaha yang Beromzet Ratusan Juta per Bulan
Pengrajin bawang goreng memakai rumah produksi itu secara bergantian.
Pengrajin bawang goreng memakai rumah produksi itu secara bergantian.
Lima ibu paruh baya sibuk mengupas bawang merah, bawang putih dan cabai di teras rumah. Aktivitas itu diselingi dengan obrolan ringan dan guyonan seputar rumah tangga. Mereka terlihat guyub.
Pemandangan serupa terlihat di banyak sudut Kampung Jaha, RT 001/RW 011, Jatiasih, Bekasi. Hampir di setiap gang, warga memproduksi bawang goreng. Mulai mengupas, memilah, mengiris sampai menggoreng bawang.
Bawang goreng dikenal sebagai pelengkap makanan favorit masyarakat Indonesia. Bawang goreng juga menjadi sumber penghidupan utama bagi warga Kampung Jaha. Kampung Jaha bak sentra bagi pengusaha bawang goreng di wilayah Jatiasih, Bekasi.
Saat masuk lebih dalam ke Kampung Jaha, ada dua bangunan besar sebagai tempat memproduksi bawang goreng. Masing-masing bangunan berukuran 10x5 meter. Dua bangunan itu disewa secara swadaya oleh beberapa warga sebagai dapur pembuatan bawang goreng.
Pengrajin bawang memakai rumah produksi itu secara bergantian. Di rumah produksi itu, terdapat alat penggiling dan pemotong bawang, kompor, gas, dua penggorengan besar dan wadah untuk mencuci bawang.
Bagian dinding bangunan terlihat dilapisi plastik alumunium foil. Di ruangan itu juga, berjejer ratusan kilogram bawang goreng yang dibungkus plastik bening ukuran besar dan siap dijual ke pasar.
merdeka.com
Soeparno bercerita dirinya sudah menggeluti usaha bawang goreng sejak 34 tahun lalu, tepatnya 1990. Awalnya, Soeparno merantau dari Solo ke Cijantung, Jakarta Timur.
Dia melihat ada potensi keuntungan yang besar dari usaha bawang goreng ini setelah melihat tantenya memiliki banyak uang.
Akhirnya, Soeparno 'mencuri' ilmu membuat bawang goreng dari sang tante. Dia belajar mulai dari memilih dan mengolah bawang hingga mengikuti tantenya ke pasar untuk menjual bawang goreng itu.
merdeka.com
Soeparno mengatakan, bahan baku bawang goreng dipesan langsung dari Brebes, Jawa Tengah. Bawang Brebes terkenal dengan rasa dan wangi khas, agak manis, dan aromanya harum saat digoreng.
Berikutnya, dia memperagakan tahapan membuat bawang goreng yang enak dan awet di dapur produksi tersebut.
Pertama, pemilihan bawang merah yang baik yakni yang sedikit kadar airnya. Setelah itu, bawang dikupas, dicuci, diiris lalu ditiriskan. Tahap berikutnya yaitu pembumbuan.
Tiap pedagang, kata Soeparno, biasanya punya resep bumbu berbeda-beda. Bawang yang sudah dimarinasi memakai resep andalan bakal digoreng di penggorengan.
Bawang yang sudah digoreng lantas didinginkan dengan kipas angin agar tetap awet dalam 2 bulan. Tahap selanjutnya adalah pengemasan menggunakan plastik besar.
Dulu ketika masih mengolah sendiri, Soeparno hanya bisa memproduksi 5 kg bawang goreng. Kini, dia dibantu dua pegawainya untuk mengupas dan menggoreng bawang.
Dalam sehari, Soeparno bisa memproduksi 30 kg bawang goreng. Untuk 30 kg bawang itu, nantinya bakal menjadi 15 kg bawang goreng matang. Produksi biasa memakan waktu 3 jam untuk 30 kg.
"Bawang matang habis 30 kg dalam satu hari. 30 Kg bisa jadi 15 kilogram kadang kurang. Kita dipasarin ke pasar Kranji," tutur Soeparno.
Soeparno memasarkan bawang goreng itu ke Pasar Kranji, Bekasi. Soeparno berjualan tiap hari mulai pukul 02.00-09.00 WIB pagi.
Permintaan bawang goreng tidak pernah menurun. Soeparno sudah memiliki pelanggan tetap yang terdiri dari tukang bakso, nasi goreng hingga soto.
Ide usaha yang awalnya hanya iseng ternyata bisa mendatangkan cuan besar. Tiap kilogram bawang goreng dijual dengan harga Rp80 ribu.
Dalam satu bulan, penjualan bawang goreng Soeparno bisa mengantongi omzet Rp120 juta. Namun, angka tersebut belum dipotong untuk biaya bahan baku, biaya memasak hingga menggaji dua orang pegawai.
"Dijual per kilogram ada yang 80. Saya bawa 15 kg, kadang habis kadang sisa 2 kilogram," ujar dia.
Menggeliatnya usaha bawang goreng di Kampung Jaha tak lepas dari peran Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pengrajin yang usahanya mulai produktif biasanya memberanikan diri mengambil pinjaman modal usaha dari BRI. Baik pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau non-KUR.
Soeparno adalah salah satu pengusaha bawang goreng yang telah lama merasakan manfaat akses permodalan dari BRI. Dia pernah mengajukan pinjaman non-KUR seperti Kupedes hingga KUR di BRI.
Demi mengepakkan sayap bisnis, Soeparno pernah mengajukan pinjaman Rp2,5-3,5 juta. Setelah melewati jatuh bangun berbisnis, Soeparno menjajaki milestone baru bagi usaha bawang gorengnya.
"Ambil KUR sudah setahun ini bulan 6 besok, Juni 2023. Sekarang sudah mulai tumbuh lagi dikit-dikit, pelan-pelan. Kita ambil 200 juta untuk 4 tahun. Cicilan Rp5 juta sekian sampai 6 jutaan," kata Soeparno.
Dikutip dari website BRI, KUR BRI dibagi menjadi tiga jenis yaitu KUR Mikro, KUR Kecil, dan KUR TKI. Untuk KUR Mikro, setiap debitur bisa mengajukan pinjaman maksimal Rp50 juta.
Sedangkan untuk KUR Kecil, rentang pinjamannya mulai dari Rp50 juta sampai dengan Rp500 juta. Berikutnya, KUR TKI diberikan untuk membiayai keberangkatan calon tenaga kerja Indonesia (TKI) ke negara penempatan dengan plafon Rp25 juta.
Soeparno berbagi pengalaman. Suntikan modal dari BRI dipakai untuk menambah modal produksi, meremajakan alat-alat mengolah bawang goreng menjadi lebih modern hingga menggaji pegawai. Selain itu, dia mantap memiliki KUR BRI karena alasan bunga pinjaman yang kecil dan proses yang tidak berbelit.
"Sebagian untuk nutup utang produksi, sebagian untuk kembangin usaha tambah modal lagi. Alat produksi sudah lama mau ganti, beli. Alatnya mahal yang alat pengupas bawang, penggorengan, kompor, yang mahal pengering bawangnya. Untuk gaji harian Rp200 ribu untuk dua orang," ujar dia.
Bisnis bawang goreng menjadi salah satu sektor industri makanan yang bisa mendapatkan akses permodalan melalui KUR BRI.
KUR BRI bisa menjadi solusi bagi Pelaku UMKM yang membutuhkan modal untuk pengembangan usaha. BRI menjadi bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbesar di Indonesia.
BRI mencatatkan penyaluran KUR sebesar Rp123,51 triliun kepada 2,7 juta debitur pada periode Januari-Oktober 2023. Presentasenya 63% dari alokasi pemerintah kepada BRI sebesar Rp194,4 triliun.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan debitur KUR baru telah mencapai 105,82% dari target tahun penuh 2023.
Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan target dari pemerintah yakni 1,36 juta debitur baru.
"Telah mencapai 1,44 juta debitur KUR baru hingga triwulan III 2023," kata Supari dalam keterangannya.
Untuk tahun 2024, BRI mengebut penyaluran KUR senilai Rp165 triliun hingga bulan September. Jumlah tersebut akan disalurkan kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta.
"Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujar Supari.
Sempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaRasa gurih dan manis dalam setiap kunyahan bawang goreng, tak jarang juga olahan bawang yang satu ini sering dijadikan camilan.
Baca SelengkapnyaIa adalah pionir IKM bawang goreng di Kabupaten Bojonegoro
Baca SelengkapnyaKisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaCukup memanfaatkan satu bahan masak, minyak goreng yang sudah digunakan dan berwarna gelap bisa dijernihkan kembali. Yuk, kita telusuri prosesnya.
Baca SelengkapnyaMenjes umumnya digoreng dengan tepung dan dimakan dengan cabai rawit.
Baca SelengkapnyaTotal ada 400 paket sembako yang berisi beras 5 kg, minyak goreng, dan gula yang dijual murah.
Baca SelengkapnyaDi masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Baca SelengkapnyaSiapa bilang bawang goreng hanya jadi makanan favorit masyarakat Indonesia?
Baca Selengkapnya