Kisah Hidup Syekh Jangkung, Ulama Legendaris dari Pati Murid Sunan Kalijaga
Merdeka.com - Syekh Jangkung sering disebut sebagai penyebar agama Islam di Nusantara. Semasa hidupnya, sosoknya begitu populer di tengah warga Karesidenan Pati.
Dilansir dari Wikipedia.org, Syekh Jangkung merupakan putra dari Sunan Muria. Dia dikenal warga sebagai ulama karismatik dan ahli Tasawuf. Selama belajar agama Islam, ia berguru dengan Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
Sebelum bernama Syekh Jangkung, dia terkenal dengan nama Saridin. Lantas apa yang dilakukan Syekh Jangkung selama hidupnya, terutama terkait penyebaran Islam di wilayah Pati dan sekitarnya?
Asal-usul Nama Syekh Jangkung
©istimewa
Nama asli Syekh Jangkung adalah Syarifuddin. Untuk memudahkan masyarakat Jawa mengucapkannya sesuai logat, nama “Syarifuddin” berubah menjadi “Saridin”. Gelar “Syekh” bagi Saridin sendiri merupakan pemberian dari negeri Andalusia. Adapun nama “Syekh Jangkung” merupakan pemberian gurunya, Sunan Kalijaga.
Selama menjadi muridnya, Syekh Jangkung selalu “dijangkung” oleh Sunan Kalijaga. Makna kata “dijangkung” sendiri adalah dilindungi, diayomi, dipelihara, dididik, dan selalu dalam naungan.
Dituduh Lakukan PembunuhanSetelah sekian lama berguru dengan Sunan Kalijaga, Syekh Jangkung diminta menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono. Saat menyiarkan ajaran Islam, Syekh Jangkung sempat dituduh membunuh Branjung, lelaki kaya raya di desa itu.
Saat ditanya hakim, Syekh Jangkung membantah tuduhan tersebut. Dia bercerita, semalam sebelumnya memang telah terjadi pembunuhan di kebun belakang rumah Branjung. Saat itu, Syekh Jangkung dan Branjung menjaga pohon durian untuk dibagi dua.
Pada saat itu, terbesit niat licik Branjung untuk menakuti Syekh Jangkung. Dia menyamar sebagai macan. Karena mengira itu macan sungguhan, Syekh Jangkung mengambil bambu runcing dan menusukkannya ke perut Branjung berulang kali hingga tewas.
Dihukum Mati
© shutterstock
Atas tindakan ini, Syekh Jangkung dihukum mati di hutan Pati. Namun Syekh Jangkung ternyata masih hidup dan lari dari hutan untuk selanjutnya pergi ke Kudus. Di Kudus inilah ia bertemu dan berguru dengan Sunan Kudus.
Setelah berguru dengan Sunan Kudus, Syekh Jangkung kembali menjalani masa pelarian dan akhirnya pulang ke Pati. Di rumahnya, Syekh Jangkung memelihara kerbau jantan yang cukup besar bernama Kebo Dhungkul Landoh. Kerbau ini dibawa ke mana-mana dan menjadi terkenal di Pati.
Karomah Syekh JangkungSelain dengan Sunan Kalijaga, Syekh Jangkung juga pernah menjadi salah satu santri Sunan Kudus. Pada suatu hari, Sunan Kudus menguji kesaktian Syekh Jangkung yang saat itu dianggap paling pintar di perguruannya. Saat itu Sunan Kudus bertanya,”Apakah setiap air pasti ada ikannya?” Saridin menjawab,”Ada, Kanjeng Sunan.”
Mendengar jawaban itu Sunan Kudus memerintahkan seorang murid untuk memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah itu kemudian dipecah. Jawaban Saridin terbukti. Ternyata di air buah kelapa itu terdapan sejumlah ikan. Sunan Kudus tersenyum. Namun satri lain menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran.
Kisah Syekh Jangkung dan Sultan Agung
©2021 wikipedia/ editorial Merdeka.com
Semasa hidupnya, Syekh Jangkung melakukan pengembaraan ke mana-mana, termasuk ke wilayah Kulonprogo. Di sana, terdapat sebuah makam yang diduga merupakan makam Syekh Jangkung.
Tak hanya itu, Syekh Jangkung pernah bekerja sama dengan Raja Mataram, Sultan Agung untuk menumpas kejahatan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.
Dilansir dari Kulonprogokab.go.id, dalam hubungan keluarga sendiri Syekh Jangkung merupakan kakak ipar dari Sultan Agung, karena dia menikah dengan kakak dari Sang Raja Mataram itu, Retno Jinoli.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Syekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaUlama besar Aceh ini terkenal dengan karya sastra perang yang cukup tersohor yaitu Hikayat Prang Sabi.
Baca SelengkapnyaUpacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kegiatan silaturahmi ini merupakan sebuah harmoni kerukunan antara yang satu dengan yang lain.
Baca SelengkapnyaTokoh besar pejuang dan sesepuh dari Nahdlatul Ulama (NU) yang paling disegani di Lampung inii telah tutup usia pada Rabu (15/5) siang.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, dulunya mereka hanya sebatas murid dan guru. Selain kisahnya, paras sang guru jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaSelain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Baca SelengkapnyaSelain di Jawa, namanya muncil dalam catatan buku harian seorang syekh di Pulau Pinang
Baca SelengkapnyaKarena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.
Baca Selengkapnya