Sosok Teungku Chik Pante Kulu, Ulama Besar Aceh Penulis Karya Sastra Hikayat Prang Sabi
Ulama besar Aceh ini terkenal dengan karya sastra perang yang cukup tersohor yaitu Hikayat Prang Sabi.
Ulama besar Aceh ini terkenal dengan karya sastra perang yang cukup tersohor yaitu Hikayat Prang Sabi.
Aceh banyak melahirkan ulama-ulama besar nan tersohor pada era Kolonialisme Belanda. Beberapa dari mereka turut melahirkan karya yang terkenal, salah satunya Hikayat Prang Sabi karya Teungku Chik Pante Kulu.
Lahir di Gamping Pante Kulu, Kecamatan Titeue, Kabupaten Pidie, Aceh, ia tumbuh besar di kalangan keluarga ulama yang masih memiliki hubungan dekat dengan ulama Tiro (daerah di Kabupaten Pidie). Ia mendalami ilmu Al-Qur'an dan agama Islam dengan seorang tokoh Tiro bernama Teungku Chik Haji Muhammad Amin.
Pria yang lahir dengan nama lengkap Teungku Chik Haji Muhammad Pante Kulu ini juga mempelajari bahasa arab dan beberapa kitab pengetahuan.
Setelah menguasai ilmunya, ia memutuskan melanjutkan studi di Tanah Suci Mekkah sembari menunaikan ibadah haji.
Selama di Mekkah ia mempelajari banyak hal, mulai dari: sejarah, logika, filsafat, hingga sastra. Berkat kebangkitan Islam dari gerakan pembaharuan oleh ulama besar Muhammad bin Abdul Wahhab dan Jamaluddin al-Afghani telah mempengaruhi dirinya.
Semenjak lahirnya gerakan pembaharuan tersebut, Teungku Chik Pante Kulu mulai gemar membaca buku-buku syair berbahasa Arab, terutama karya penyair perang di zaman rasul.
Mengutip dari situs nu.or.id, Perang Aceh mulai berkecamuk akibat Agresi Militer Belanda, Teungku Chik Pante Kulu masih berada di Mekkah. Mendengar kabar tersebut, jiwanya yang sudah terpengaruh oleh tokoh pahlawan Islam ternama membuat dirinya ingin segera kembali ke Aceh.
Tepat tahun 1881, Teungku Chik melakukan perjalanan menuju Serambi Mekkah. Selama berada di atas kapal ia mulai menulis karya sastra berjudul Hikayat Prang Sabi. Tulisannya ini bertujuan untuk membakar semangat juang melawan penjajah Belanda.
Hikayat Prang Sabi terdiri dari empat kisah yang fiktif namun berdasarkan sejarah. Kisah tersebut di antaranya: Kisah Ainul Mardliyah, Kisah Pasukan Gajah, Kisah Sa'id Salmy, dan kisah Muhammad Amin.
Setibanya di Aceh, Hikayat Prang Sabi mendapatkan sambutan yang hangat dan positif dari para pasukan Aceh. Tak hanya itu, mereka tampak terhibur dengan bacaan hikayat tersebut serta mendapat pujian dari Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman.
Berkat penyebaran Hikayat Prang Sabi, memicu banyak masyarakat Aceh tertarik untuk bergabung dalam medan perang melawan penjajah Belanda. Melalui karya sastranya, turut membangkitkan semangat juang pasukan Aceh.
Tidak diketahui pasti kapan Teungku Chik Pante Kulu wafat. Namun, makamnya kini berada di Desa Lam Leuot, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar.
Kondisinya makamnya pun kini tampak tidak terurus. Letaknya yang dekat persawahan seperti sudah dilupakan.
Selain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaUlama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaIstri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti bersilaturahmi dengan KH Ahmad Rofiudin, Selasa (6/2) sore.
Baca SelengkapnyaTari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Baca SelengkapnyaTulak Bala, tradisi menolak bala dari bencana maupun wabah khas masyarakat pesisir Pantai Barat Aceh.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok tukang pijit Jenderal Dudung yang ternyata bukan orang sembarangan.
Baca SelengkapnyaDiharapkan, kedepannya dibuatkan surat suara khusus dalam bentuk buku atau lainnya yang lebih memudahkan
Baca SelengkapnyaKejari Aceh Barat mengeksekusi hukuman cambuk sebanyak 154 kali terhadap RD (26), warga Labuhan Haji, Aceh Barat Daya yang terbukti memerkosa penumpang angkot,
Baca Selengkapnya